Ini adalah Liturgi pertama Tristan. Saya melihatnya bukan hanya sekedar betul atau salahnya ia mengucapkan liturgi tersebut. Menarik atau tidaknya ia menyampaikan liturgi tersebut. Tapi saya lebih memandang terhadap keberanian mental seorang anak dalam menyambut dan menyematkan Kristus sebagai juru selamatnya, tanpa memandang siapa yang memandang didepannya.
Mungkin bagi kita yang sudah dewasa, mengucapkan sebuah liturgi didepan pentas yang cukup besar adalah sudah hal yang sangat biasa. Mungkin kita dapat melakukan hal ini karna kita sudah berulangkali melakukannya setiap tahun selama hidup kita. Tapi bagi seorang anak yang baru melakuknnya untuk pertama kali sejak ia dilahirkan, ini merupakan suatu hal yang harus dipandang berbeda.
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.